Saturday, April 08, 2017

Metodologi Penelitian Tafsir Tematik



Judul Buku    : Metodologi Penelitian Tafsir Tematik
Pengarang      : Dr Akhmad Alim, MA
Penerbit          : UIKA Press, Cet. Ke-1, April 2016

SEJARAH TAFSIR TEMATIK
Tafsir Tematik (Maudhu’i) bukan kajian baru dalam Islam. Peletakan dasar-dasarnya telah dimulai sejak zaman Rasulullah SAW yaitu ketika beliau menafsirkan satu tema ayat, kemudian merelevansikan dengan ayat lainnya yang semisal. Contohnya ketika Rasulullah SAW menafsirkan surat Al-An’an ayat 82 tentang konsep ketenangan jiwa, bahwa jiwa akan tenang jika tidak tercampur kedzaliman. Dan Rasulullah SAW menafsirkan ayat tersebut dengan surat Luqman ayat 13, bahwa kedzaliman yang dimaksud adalah kesyirikan.
Metode penafsiran yang digunakan pada masa ini, tidak jauh berbeda dengan masa Rasulullah SAW dan para sahabat, karena pada tabi’in mengambil tafsir dari mereka. Periode berikutnya adalah masa Tabi’ut Tabi’in. Tafsir pada masa ini mulai dibukukan, yang dipelopori Ibnu Jarir At-Thobary, dengan mencantumkan sanad masing-masing penafsiran sampai ke Rasulullah SAW, sahabat dan para Tabi’in.
Generasi mufassir yang datang setelah Ibnu Jariri, mulai mengembangkan spesialisasi tafsir menurut bidang keilmuan para mufassir. Pakar fiqih menafsirkan ayat Al-Qur’an dari segi hukum  seperti Al- Qurtubi, Pakar sejarah melihat melihat dari sudut sejarah seperti Ats-Tsa’laby dan Al-Khazin dan seterusnya.
Periode berikutnya lebih mengerucut lagi, yang dikenal periode Tafsir Tematik (Maudhu’i),  yaitu membukukan tafsir menurut suatu pembehasan tertentu yang sesuai disiplin bidang keilmuan. Seperti yang ditulis Az-Zarkasya dalam burhandan masih banyak lagi. Dalam tataran akademis, Tafsir Tematik (Maudhu’i) abad ini, dipelopori oleh para ulama Al-Azhar seperti Prof. Mahmud Syaltut (pada januari 1960) yang termuat dalam kitabya Tafsir Al-Qur’an Al-Karim. Kemudian metode ini dikembangkan dan disempurnakan lebih sistematis oleh Prof. Abdul Hay al-Farmawi (pada tahun 1977) dalam kitabnya Al-Bidiyah fi al-Tafsir al-Maudhu’i: Dirasah Manhajiyah Maudhu’iyah. Metode tafsir maudhu’i yang dikembangkan Al-Azhar ini, kemudian diikuti oleh seluruh universitas didunia, baik di Timur maupun di Barat.
Adapun sebab-sebab yang mendorong munculnya tafsir maudhu’i ini adalah:
·         Munculnya fenomena-fenomena baru dan derasnya problematika kontemporer (qadhaya muashirah) yang membutuhkan jawaban dan solusi secara mudah dan prakstis.
·         Jauhnya umat dari wahyu, dan mewabahnya kebodohan, sehingga terjadi kesulitan dalam memahami nash-nash Al-Qur’an.
·         Munculnya banyak syubhat, yang perlu diharuskan, sehingga tidak menyesatkan akida umat Islam.

DEFINISI DAN URGENSI TAFSIR TEMATIK
Pengertian Tafsir Tematik (Maudhu’i)
Tafsir secara bahasa artinya ialah al-kasyfu (menyingkap), al-idzhar (menampakan), al-bayan (menjelaskan). Menurut istilah adalah disiplin ilmu yang berfungsi untuk memperjelas maksud kandungan Al-Qur’an.
Adapun Tematik adau Maudhu’i berasal dari bahasa arab (موضوع) yang berarti meletakkan sesuatu, menjadikan, dan membuat tema tentang sesuatu. Dan secara istilah, yang dimaksud tafsir maudhu’i  adalah mengumpulkan ayat-ayat Al-Qur’an yang mempunya maksud yang sama, yang terkait dalam satu topik masalah, kemudian menyusunnya berdsarkan sebab turunnya ayat-ayat tersebut, selanjutnya memberikan syarah, dan analisa serta mengambil kesimpulan.
Inti dari pengertian tafsir mudhu’i  adalah lebih memfokuskan pada satu topik yang berkaitan dengan masalah tertentu, kemudian penafsir mengumpulkan ayat-ayat Al-Qur’an yang terkait dengannya baik secara lafadz maupun hukum, lalu melihat tafsir ayat-ayat tersebut sesuai dengan tujuan Qur’ani. 

Urgensi Tafsir Maudhu’i
Kajian tafsir maudhu’i memiliki banyak kelebihan, sebagaiman Dr. Sulaiman Ad-Daqur mengungkapkan:
1)      Tafsir maudhu’i lebih praktis dalam menjawab tantangan zaman, dan memberikan solusi dari problem kontemporer yang dihadapi oleh umat Islam saat ini.
2)      Mencakup seluruh disiplin, dengan perspektif kajian yang tematik.
3)      Dapat mengetahui hubungan dan persesuaian antara beberapa ayat dalam satu judul bahasan.
4)      Akan mendorong lahirnya berbagai macam disiplin ilmu baru.
5)      Memberi pandangan pikiran yang sempurna.
6)      Menghindari adanya pertentangan dan menolak tuduhan yang dilontarkan oleh orientalis, yang mempunyai tujuan jahat terhadap Al-Qur’an .
7)      Mempermudah bagi para akademis untuk mengetahua secara sempurna berbagai macam topik dalam Al-Qur’an dalam pembahasan yang lebih fokus dan menyeluruh.
8)      Mempelajari sesuatu topik bahasan Al-Qur’an tanpa susah payah.
9)      Akan menarik minat untuk mempelajari, menghayati dan mengamalkan isi Al-Qur’an.

METODOLOGI TAFSIR TEMATIK
Metode Tafsir Tematik (Maudhu’i)
Metodologi penelitian tafsir tematik (maudhu’i) termasuk dalam kategori penelitian kualitatif dengan metode deskriptif. Adapun beberapa langkah yang harus ditempuh dalam menyusun sistimatika metode tafsir tematik (maudhu’i) yaitu:
1.      Menetapkan masalah yang akan dibahas.
2.      Menghimpun seluruh ayat-ayat Al-Qur’an yang berkaitan dengan masalah tersebut.
3.      Menyusun urut-urutan ayat yang sesuai dengan perincian masalah, sehingga terpisah antara ayat Makkiy dan Madaniy. Misalnya ketika ingai membahas masalah khamr dan riba dalam Al-Qur’an.
4.      Mempelajari korelasi (munasabaat) antara ayat dengan ayat yang lain.
5.      Melengkapi bahan-bahan dengan hadist-hadist yang berkaitan dengan masalah yang dibahas.
6.      Menyusun outline  pembasan yang sempurna dan sesuai dengan hasil studi masa lalu.
7.      Mempelajari semua ayat yang terpilih.
8.      Melakukan kajian Aplikatif.
9.      Menyusun kesimpulan penelitian yang dianggap sebagai jawaban Al-Qur’an terhadap masalah yang dibahas.
10.  Untuk memudahkan langka-langka diatas, hendaknya pengkaji merujuk pada tafsir otoritatif.

MODEL PENGEMBANGAN TAFSIR TEMATIK
Tafsir Tematik (Maudhu’i) dapat dikembangkan dalam tiga macam:
1.      Musthalah Qur’ani
2.      Maudhu’i Qur’ani
3.      Surah Qur’aniyah

INDEKS TEMATIK AL-QUR’AN
Indeks merupakan suatu petunjuk sistematis yang memuat item atau keonsep yang berasal dari suatu koleksi. Kemudian disajikan dalam bentuk entri-entri yang disusun dalam aturan pencarian yang telah ditetapkan, seperti alfabetis, kronologi atau numerik. Dan indeks berfungsi untuk memberiakn informasi terkait dengan keberadaan ayat-ayat yang dibutuhkan oleh para peniliti dalam rangka mendudukung usaha menafsirkan Al-Qur’an.

TAFSIR TEMATIK DALAM KARYA ILMIAH
Contoh judul penelitan, baik dalam bentuk Skripsi, Tesis, maupun Disertasi, dalam bidang ilmu pengetahuan:
No
OBJEK KAJIAN
JUDUL SKRIPSI, TESIS, DISERTASI
1
Akidah
Tauhid Rububiyyah dalam Al-Qur'an
2
Sains
Konsep geologi dasar gunung dalam Al-Qur'an
3
Pendidikan
Pendidikan Karakter dalam Al-Qur'an
4
Gizi
Konsep makanan yang baik dalam pandanagan Al-Qur'an
5
Psikologi
Konsep Jiwa dalam Al-Qur'an

REFERENSI TAFSIR OTORITATIF
Contoh Kitab Tafsir Otoritatif
·         Tafsir At-Thabari (جامع البيان في تفسير أي القران)
·         Tafsir Ibnu Katsir (تفسير القران العظيم)
·         Tafsir Al-Qurtuby (الجامع لأحكام القران)
·         Tafsir As-Syinqithy (أضواء البيان في إيضاح القران بالقران)

ADAB MUSAFFIR
Dalam menafsirkan Al-Qur’an ada beberapa hal yang harus di perhatikan, yaitu :
·         Beraqidah shahihah dan memiliki wordview yang lurus
·         Tidak mendahulukan kepentingan hawa nafsu semata.
·         Menafsirkan sesuai dengan urutan penafsiran.
·         Paham bahasa arab (nahwu, sharaf, al-ma’ani dll)
·         Memiliki wawasan tentang ilmu-ilmu kontemporer.
·         Memiliki akhlak mulia.

ILMU MUNASABAT
Pengertaian Munasabat dalam Al-Qur’an
Munasabat secara bahasa bermakana al-muqarabah, yakni saling berdeketan. Sedangkan secara istilah adalah ilmu untuk mengetahui korelasi antara saru ayat dengan ayat yang lainnya.

Manfaat Mengetahui Ilmu Munasabat
·         Untuk menguatkan hubungan suatu ayat yang di bahas denganayang lainnya.
·         Merasakan indahnya susunan ayat dan ketinggian uslub yang digunakan dalam Al-Qur’an.
·         Untuk lebih memperdalam pengetahuan dan pengenalan terhadap kitab Al-Qur’an.
·         Dapat membantu dalam menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an.
·         Menunjukkan salah satu sisi I’jazul Qur’an dalam susunan kata, kalimat dan makna.
·         Mengetahui hikma-hikma yang terkandung dalam Al-Qur’an.

Cara Mengetahui Munasabat
·         harus diperhatikan tujuan suatu pembahasan surat yang menjadi objek pencarian.
·         Memperhatikan uraian ayat-ayat yang sesuai dengan tujuan pembahasan.
·         Menentukan tingkatan uraian-uaraian itu.
·         Memperhatikan ungkapan-ungkapan pembahasan ketika mengambil kesimpulan.
·         Dalam menganalisa munasabah lebih tajam, maka terlebih dahulu mempelajari ilmu balaghah, bayan, dan badi’.

Contoh Munasabat Antara Ayat dan Surah
1.      Hubungan surah Al-Ma’un dengan surat Al-Kautsar.
2.      Hubungan awal surah Al-Isra yang diawali dengan tasbih dan surah Al-Kahfi yang diawali dengan tahmid.
3.      Munasabat antara suatu kelompok ayat dengan kelompok ayat berikutnya.
4.      Munasabat antar awal surah dan akhir surah dalam satu surah yang sama.

KAJIAN APLIKATIF
Contoh kajian tafsir tematik (maudhui) dalam bidang pendidikan, dengan menggunakan bahasa Indonesia :
KOMPETENSI GURU DALAM PERSPEKSIF TAFSIR MAUDHUI
§  Pendahuluan
§  Kajian Teoritis
§  Kajian Tafsir
Contoh kajian tafsir maudhui dalam bidang pendidikan, dengan menggunakan bahasa Arab:
أصول التربية في القرآن لكريم والسنة النبوية لمطهرة
 مقدمة تمهيدية-
 الأصل اللغوي للكلمة-
 مرادفات مصطلح التربية في تراثنا الإسلامي-
 المولود هبة من الله تعالى-
 الخاتمة-

AYAT DAN HADIST TEMATIK EKONOMI
-        Krisis Ekonomi
الَّذِينَ يَأْكُلُونَ الرِّبَا لا يَقُومُونَ إِلا كَمَا يَقُومُ الَّذِي يَتَخَبَّطُهُ الشَّيطَانُ مِنَ الْمَسِّ ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ قَالُوا إِنَّمَا الْبَيْعُ مِثْلُ الرِّبَا وَأَحَلَّ اللهُ الْبَيْعُ وَحَرَّمَ الرِّبَا فَمَنْ جَاءَهُ مَوْعِظَةٌ مِنْ رَبِّهِ فَانْتَهَى فَلَهُ مَا سَلَفَ وَأَمْرُهُ إِلَى اللهِ وَمَنْ عَادَ فَأُولَئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيْهَا خَالِدُونَ (البقرة : ٢٧٥)
وثلاث مهلكات: شحّ مطاع، وهوى متبع، وإعجاب المرء بنفسه(رواه البزّر)

AYAT DAN HADIST TEMATIK PENDIDIKAN
-        Evaluasi Pendidikan
يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدِ وَاتَّقُوا اللهَ إِنَّ اللهَ خَبِيْرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ (١٨) وَلَا تَكُونُوا كَالَّذِينَ نَسُوا اللهَ فَأَنسَاهُمْ أَنفُسَهَمْ أُولَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ (الحشر : ١٨–١٩)
عن أبي هريرة, قال : قال رسول اللهِ صَلَّى اللهُ عليه وسلم : "من أصبح منكم اليوم صائما ؟ قال أبو بكر : أنا, قال : فمن تبع منكم اليوم جنازة ؟ قال أبو بكر : أنا, قال : فمن أطعم منكم اليوم مسكين ؟ قال أبو بكر : أنا, قال : فمن عاد منكم ال يوم مريضا ؟ قال أبو بكر : أنا, فقال رسول الله صلى الله عليه و سلم : ما اجتمعن في امرئ إلا دخل الجنة (رواه مسلم)

AYAT DAN HADIST TEMATIK KESEHATAN
-        Memanfaatkan Kesehatan     
عن ابن عباس رصي الله عنهما قال : قال النبي صلى الله عليه و سلم " نعمتان مغبون فيهيما كثير من الناس الصحة والفراغ"

           
AYAT DAN HADIST TEMATIK HUKUM
            Dalam masalah hukum, Islam tidak bisa lepas dari konsep tentang maqasid al-syariah yaitu tujuan dan maksud dari adanya sebuah syariah. Konsep ini berfungsi untuk menjaga kemaslahatan bagi manusia, baik duniawi maupun ukhrawi. Maqasid al-syari’ah tersebut diwujudkan dalam lima pilar agung, yaitu:
a.       Menjaga agama
b.      Menjaga jiwa
c.       Menjaga akal
d.      Menjaga keturunan
e.       Menjaga harta

AYAT DAN HADIST TEMATIK SAINTEK
Al-Qur’an penuh dengan berbagai ilmu pengetahuan; sastra, sejarah, teknologi, kisah, etika dan sebagainya, bukan menjadi tujuan utama diturunkannya, akan tetapi perintah mentadabburi serta memikirkan makna-maknanya.
                        شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِيْ أُنْزِلَ فِيْهِ الْقُرْآنُ هُدًى للنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ (البقرة : ١٨٥)
(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil)” (Q.S. Al-Baqarah [2]: 185)
Al-Qur’an merupakan nasehat terbaik yang mengembalikan para pendengarnya kepada kesadaraan. Al-Qur’an juga merupakan sistem teragung, seperti sistem alam semesta ini.
Diantara sistem agung yang disebut dalam al-Qur’an adalah sistem alam semesta ini.  Ia ada bukan terjadi secara kebetulan, akan tetapi keberadaannya memang direncanakan dan diciptakan oleh Allah secara sistematis. Tanpa diciptakan Allah, maka sesungguhnya alam semesta ini tidak ada, termasuk manusia yang ada didalamnya.
هُوَ ٱلَّذِي خَلَقَ لَكُم مَّا فِي ٱلۡأَرۡضِ جَمِيعٗا ثُمَّ ٱسۡتَوَىٰٓ إِلَى ٱلسَّمَآءِ فَسَوَّىٰهُنَّ سَبۡعَ سَمَٰوَٰتٖۚ وَهُوَ بِكُلِّ شَيۡءٍ عَلِيمٞ ٢٩
Dialah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu” (Q.S. Al-Baqarah [2]: 29)
اللهً خَالِقً كًلّ شَيْءٍ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ وَكِيْلٌ
“Allah menciptakan segala sesuatu dan Dia memelihara segala sesuatu”.(QS. Az-Zumar: 62).
A.    Logam Besi Sebagai Perangkat Teknologi
لَقَدۡ أَرۡسَلۡنَا رُسُلَنَا بِٱلۡبَيِّنَٰتِ وَأَنزَلۡنَا مَعَهُمُ ٱلۡكِتَٰبَ وَٱلۡمِيزَانَ لِيَقُومَ ٱلنَّاسُ بِٱلۡقِسۡطِۖ وَأَنزَلۡنَا ٱلۡحَدِيدَ فِيهِ بَأۡسٞ شَدِيدٞ وَمَنَٰفِعُ لِلنَّاسِ وَلِيَعۡلَمَ ٱللَّهُ مَن يَنصُرُهُۥ وَرُسُلَهُۥ بِٱلۡغَيۡبِۚ إِنَّ ٱللَّهَ قَوِيٌّ عَزِيزٞ ٢٥
Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Al Kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan. Dan Kami ciptakan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia, (supaya mereka mempergunakan besi itu) dan supaya Allah mengetahui siapa yang menolong (agama)Nya dan rasul-rasul-Nya padahal Allah tidak dilihatnya. Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa” (Q.S. Al-Hadid: 25).
Ayat diatas secara tegas mengaitkan antara turunnya Al-Qur’an dan turunnya besi. Itu menunjukkan bahwa antara al-Qur’an dan teknologi memiliki hubungan yang erat. Al-Qur’an sebagai wahyu memberikan arahan-arahan konseptual, sementara teknologi adalah aplikasi dari konsep tersebut, sehingga membawa manfaat dan kemaslahatan bagi manusia dan alam seisinya.
Besi dan berbagai jenis logam lainnya adalah ciptaan Allah yang jika dipanaskan akan mencair dan apabila didinginkan akan membeku, sehingga besi dapat diubah kedalam berbagai bentuk yang diinginkan manusia sesuai dengan inovasi yang mereka kembangkan. Dari besi manusia bisa membuat mobil, kreta api, kapal alut, dan bahkan pesawat terbang. Banyak perkakas rumah tangga yang terbuat dari besi dan berbagai jenis logam lainnya.
أَنزَلَ مِنَ ٱلسَّمَآءِ مَآءٗ فَسَالَتۡ أَوۡدِيَةُۢ بِقَدَرِهَا فَٱحۡتَمَلَ ٱلسَّيۡلُ زَبَدٗا رَّابِيٗاۖ وَمِمَّا يُوقِدُونَ عَلَيۡهِ فِي ٱلنَّارِ ٱبۡتِغَآءَ حِلۡيَةٍ أَوۡ مَتَٰعٖ زَبَدٞ مِّثۡلُهُۥۚ كَذَٰلِكَ يَضۡرِبُ ٱللَّهُ ٱلۡحَقَّ وَٱلۡبَٰطِلَۚ فَأَمَّا ٱلزَّبَدُ فَيَذۡهَبُ جُفَآءٗۖ وَأَمَّا مَا يَنفَعُ ٱلنَّاسَ فَيَمۡكُثُ فِي ٱلۡأَرۡضِۚ كَذَٰلِكَ يَضۡرِبُ ٱللَّهُ ٱلۡأَمۡثَالَ ١٧
Allah telah menurunkan air (hujan) dari langit, maka mengalirlah air di lembah-lembah menurut ukurannya, maka arus itu membawa buih yang mengambang. Dan dari apa (logam) yang mereka lebur dalam api untuk membuat perhiasan atau alat-alat, ada (pula) buihnya seperti buih arus itu. Demikianlah Allah membuat perumpamaan (bagi) yang benar dan yang bathil. Adapun buih itu, akan hilang sebagai sesuatu yang tak ada harganya; adapun yang memberi manfaat kepada manusia, maka ia tetap di bumi. Demikianlah Allah membuat perumpamaan-perumpamaan” (Q.S. Ar-rad [13]: 17).
B.     Teknologi Angin
·         Teknologi angin mampu menghasilkan energi pendorong yang amat dahsyat
هُوَ ٱلَّذِي يُسَيِّرُكُمۡ فِي ٱلۡبَرِّ وَٱلۡبَحۡرِۖ حَتَّىٰٓ إِذَا كُنتُمۡ فِي ٱلۡفُلۡكِ وَجَرَيۡنَ بِهِم بِرِيحٖ طَيِّبَةٖ وَفَرِحُواْ بِهَا جَآءَتۡهَا رِيحٌ عَاصِفٞ وَجَآءَهُمُ ٱلۡمَوۡجُ مِن كُلِّ مَكَانٖ وَظَنُّوٓاْ أَنَّهُمۡ أُحِيطَ بِهِمۡ دَعَوُاْ ٱللَّهَ مُخۡلِصِينَ لَهُ ٱلدِّينَ لَئِنۡ أَنجَيۡتَنَا مِنۡ هَٰذِهِۦ لَنَكُونَنَّ مِنَ ٱلشَّٰكِرِينَ ٢٢
Dialah Tuhan yang menjadikan kamu dapat berjalan di daratan, (berlayar) di lautan. Sehingga apabila kamu berada di dalam bahtera, dan meluncurlah bahtera itu membawa orang-orang yang ada di dalamnya dengan tiupan angin yang baik, dan mereka bergembira karenanya, datanglah angin badai, dan (apabila) gelombang dari segenap penjuru menimpanya, dan mereka yakin bahwa mereka telah terkepung (bahaya), maka mereka berdoa kepada Allah dengan mengikhlaskan ketaatan kepada-Nya semata-mata. (Mereka berkata): "Sesungguhnya jika Engkau menyelamatkan kami dari bahaya ini, pastilah kami akan termasuk orang-orang yang bersyukur" (Q.S. Yunus [10]: 22)
إِن يَشَأۡ يُسۡكِنِ ٱلرِّيحَ فَيَظۡلَلۡنَ رَوَاكِدَ عَلَىٰ ظَهۡرِهِۦٓۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَأٓيَٰتٖ لِّكُلِّ صَبَّارٖ شَكُورٍ ٣٣
Jika Dia menghendaki, Dia akan menenangkan angin, maka jadilah kapal-kapal itu terhenti di permukaan laut. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaannya) bagi setiap orang yang banyak bersabar dan banyak bersyukur” (Q.S. Ash-Shura [42]: 33)
·         Angin sebagai teknologi penerbangan
وَلِسُلَيۡمَٰنَ ٱلرِّيحَ عَاصِفَةٗ تَجۡرِي بِأَمۡرِهِۦٓ إِلَى ٱلۡأَرۡضِ ٱلَّتِي بَٰرَكۡنَا فِيهَاۚ وَكُنَّا بِكُلِّ شَيۡءٍ عَٰلِمِينَ ٨١
Dan (telah Kami tundukkan) untuk Sulaiman angin yang sangat kencang tiupannya yang berhembus dengan perintahnya ke negeri yang kami telah memberkatinya. Dan adalah Kami Maha Mengetahui segala sesuatu” (Q.S. Al-Anbiya [21]: 81)
·         Teknologi angin mampu mengawinkan hujan
·         Teknologi angin membentuk salju


C.     Teknologi Ilmu Teknik Sipil

D.    Teknologi Supra Power

AYAT DAN HADIST TEMATIK DAKWAH
وَلْتَكًنْ مِّنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَأُؤلَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُون (آل عمران :١٠٤)
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma;ruf dan mencegah dari yang munkar ; merekalah orang-orang yang beruntung” (Q.S. Ali Imran [3]: 104)
كُنتُمۡ خَيۡرَ أُمَّةٍ أُخۡرِجَتۡ لِلنَّاسِ تَأۡمُرُونَ بِٱلۡمَعۡرُوفِ وَتَنۡهَوۡنَ عَنِ ٱلۡمُنكَرِ وَتُؤۡمِنُونَ بِٱللَّهِۗ وَلَوۡ ءَامَنَ أَهۡلُ ٱلۡكِتَٰبِ لَكَانَ خَيۡرٗا لَّهُمۚ مِّنۡهُمُ ٱلۡمُؤۡمِنُونَ وَأَكۡثَرُهُمُ ٱلۡفَٰسِقُونَ )آل عمران : ١٠٤(
Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma´ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik” (Q.S. Ali Imran [3]: 110)
وَٱلۡمُؤۡمِنُونَ وَٱلۡمُؤۡمِنَٰتُ بَعۡضُهُمۡ أَوۡلِيَآءُ بَعۡضٖۚ يَأۡمُرُونَ بِٱلۡمَعۡرُوفِ وَيَنۡهَوۡنَ عَنِ ٱلۡمُنكَرِ وَيُقِيمُونَ ٱلصَّلَوٰةَ وَيُؤۡتُونَ ٱلزَّكَوٰةَ وَيُطِيعُونَ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥٓۚ أُوْلَٰٓئِكَ سَيَرۡحَمُهُمُ ٱللَّهُۗ إِنَّ ٱللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٞ ٧١
“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma´ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana” (Q.S. At-Taubah [9]: 71)
وَمَا كَانَ ٱلۡمُؤۡمِنُونَ لِيَنفِرُواْ كَآفَّةٗۚ فَلَوۡلَا نَفَرَ مِن كُلِّ فِرۡقَةٖ مِّنۡهُمۡ طَآئِفَةٞ لِّيَتَفَقَّهُواْ فِي ٱلدِّينِ وَلِيُنذِرُواْ قَوۡمَهُمۡ إِذَا رَجَعُوٓاْ إِلَيۡهِمۡ لَعَلَّهُمۡ يَحۡذَرُونَ ١٢٢
Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya” (Q.S. At-Taubah [9]: 122)

قُلۡ هَٰذِهِۦ سَبِيلِيٓ أَدۡعُوٓاْ إِلَى ٱللَّهِۚ عَلَىٰ بَصِيرَةٍ أَنَا۠ وَمَنِ ٱتَّبَعَنِيۖ وَسُبۡحَٰنَ ٱللَّهِ وَمَآ أَنَا۠ مِنَ ٱلۡمُشۡرِكِينَ ١٠٨
Katakanlah: "Inilah jalan (agama)ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik" (Q.S. Yusuf [12]: 108).
ٱدۡعُ إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِٱلۡحِكۡمَةِ وَٱلۡمَوۡعِظَةِ ٱلۡحَسَنَةِۖ وَجَٰدِلۡهُم بِٱلَّتِي هِيَ أَحۡسَنُۚ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعۡلَمُ بِمَن ضَلَّ عَن سَبِيلِهِۦ وَهُوَ أَعۡلَمُ بِٱلۡمُهۡتَدِينَ  ( النحل: ١٢٥)
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk” (Q.S. An-Nahl [16]: 125)
إِنَّكَ لَا تَهۡدِي مَنۡ أَحۡبَبۡتَ وَلَٰكِنَّ ٱللَّهَ يَهۡدِي مَن يَشَآءُۚ وَهُوَ أَعۡلَمُ بِٱلۡمُهۡتَدِينَ ٥٦
Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk” (Q.S. Al-Qashash [28]: 56).
وَلَا يَصُدُّنَّكَ عَنۡ ءَايَٰتِ ٱللَّهِ بَعۡدَ إِذۡ أُنزِلَتۡ إِلَيۡكَۖ وَٱدۡعُ إِلَىٰ رَبِّكَۖ وَلَا تَكُونَنَّ مِنَ ٱلۡمُشۡرِكِينَ ٨٧
" Dan janganlah sekali-kali mereka dapat menghalangimu dari (menyampaikan) ayat-ayat Allah, sesudah ayat-ayat itu diturunkan kepadamu, dan serulah mereka kepada (jalan) Tuhanmu, dan janganlah sekali-sekali kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan" (Q.S. Al-Qashash [28]: 87).
يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّبِيُّ إِنَّآ أَرۡسَلۡنَٰكَ شَٰهِدٗا وَمُبَشِّرٗا وَنَذِيرٗا  وَدَاعِيًا إِلَى ٱللَّهِ بِإِذۡنِهِۦ وَسِرَاجٗا مُّنِيرٗا  ٤٥-٤٦
Hai Nabi, sesungguhnya Kami mengutusmu untuk jadi saksi, dan pembawa kabar gemgira dan pemberi peringatan, dan untuk jadi penyeru kepada Agama Allah dengan izin-Nya dan untuk jadi cahaya yang menerangi” (Q.S. Al-Ahzab [33]: 45-46)