Metodologi Penelitian Tafsir Tematik
Judul
Buku : Metodologi Penelitian Tafsir
Tematik
Pengarang : Dr Akhmad Alim, MA
Penerbit : UIKA Press, Cet. Ke-1, April 2016
SEJARAH TAFSIR TEMATIK
Tafsir Tematik (Maudhu’i) bukan
kajian baru dalam Islam. Peletakan dasar-dasarnya telah dimulai sejak zaman
Rasulullah SAW yaitu ketika beliau menafsirkan satu tema ayat, kemudian
merelevansikan dengan ayat lainnya yang semisal. Contohnya ketika Rasulullah
SAW menafsirkan surat Al-An’an ayat 82 tentang konsep ketenangan jiwa, bahwa
jiwa akan tenang jika tidak tercampur kedzaliman. Dan Rasulullah SAW
menafsirkan ayat tersebut dengan surat Luqman ayat 13, bahwa kedzaliman yang
dimaksud adalah kesyirikan.
Metode penafsiran yang digunakan
pada masa ini, tidak jauh berbeda dengan masa Rasulullah SAW dan para sahabat,
karena pada tabi’in mengambil tafsir dari mereka. Periode berikutnya adalah
masa Tabi’ut Tabi’in. Tafsir pada masa ini mulai dibukukan, yang dipelopori
Ibnu Jarir At-Thobary, dengan mencantumkan sanad masing-masing penafsiran
sampai ke Rasulullah SAW, sahabat dan para Tabi’in.
Generasi mufassir yang datang
setelah Ibnu Jariri, mulai mengembangkan spesialisasi tafsir menurut bidang
keilmuan para mufassir. Pakar fiqih menafsirkan ayat Al-Qur’an dari segi
hukum seperti Al- Qurtubi, Pakar sejarah
melihat melihat dari sudut sejarah seperti Ats-Tsa’laby dan Al-Khazin dan
seterusnya.
Periode berikutnya lebih mengerucut
lagi, yang dikenal periode Tafsir Tematik (Maudhu’i), yaitu membukukan tafsir menurut suatu
pembehasan tertentu yang sesuai disiplin bidang keilmuan. Seperti yang ditulis
Az-Zarkasya dalam burhandan masih banyak lagi. Dalam tataran akademis, Tafsir
Tematik (Maudhu’i) abad ini, dipelopori oleh para ulama Al-Azhar seperti
Prof. Mahmud Syaltut (pada januari 1960) yang termuat dalam kitabya Tafsir Al-Qur’an
Al-Karim. Kemudian metode ini dikembangkan dan disempurnakan lebih
sistematis oleh Prof. Abdul Hay al-Farmawi (pada tahun 1977) dalam kitabnya Al-Bidiyah
fi al-Tafsir al-Maudhu’i: Dirasah Manhajiyah Maudhu’iyah. Metode tafsir
maudhu’i yang dikembangkan Al-Azhar ini, kemudian diikuti oleh seluruh
universitas didunia, baik di Timur maupun di Barat.
Adapun sebab-sebab yang mendorong munculnya tafsir maudhu’i ini
adalah:
·
Munculnya fenomena-fenomena baru dan derasnya problematika
kontemporer (qadhaya muashirah) yang membutuhkan jawaban dan solusi
secara mudah dan prakstis.
·
Jauhnya umat dari wahyu, dan mewabahnya kebodohan, sehingga terjadi
kesulitan dalam memahami nash-nash Al-Qur’an.
·
Munculnya banyak syubhat, yang perlu diharuskan, sehingga tidak
menyesatkan akida umat Islam.
DEFINISI DAN URGENSI TAFSIR TEMATIK
Pengertian Tafsir Tematik (Maudhu’i)
Tafsir secara bahasa artinya ialah al-kasyfu
(menyingkap), al-idzhar (menampakan), al-bayan (menjelaskan).
Menurut istilah adalah disiplin ilmu yang berfungsi untuk memperjelas maksud
kandungan Al-Qur’an.
Adapun Tematik adau Maudhu’i berasal
dari bahasa arab (موضوع)
yang berarti meletakkan sesuatu, menjadikan, dan membuat tema tentang sesuatu.
Dan secara istilah, yang dimaksud tafsir maudhu’i adalah mengumpulkan ayat-ayat Al-Qur’an yang
mempunya maksud yang sama, yang terkait dalam satu topik masalah, kemudian
menyusunnya berdsarkan sebab turunnya ayat-ayat tersebut, selanjutnya
memberikan syarah, dan analisa serta mengambil kesimpulan.
Inti dari
pengertian tafsir mudhu’i adalah
lebih memfokuskan pada satu topik yang berkaitan dengan masalah tertentu,
kemudian penafsir mengumpulkan ayat-ayat Al-Qur’an yang terkait dengannya baik
secara lafadz maupun hukum, lalu melihat tafsir ayat-ayat tersebut sesuai
dengan tujuan Qur’ani.
Urgensi Tafsir Maudhu’i
Kajian tafsir maudhu’i memiliki banyak
kelebihan, sebagaiman Dr. Sulaiman Ad-Daqur mengungkapkan:
1) Tafsir maudhu’i lebih praktis dalam menjawab tantangan zaman, dan
memberikan solusi dari problem kontemporer yang dihadapi oleh umat Islam saat
ini.
2) Mencakup seluruh disiplin, dengan perspektif kajian yang tematik.
3) Dapat mengetahui hubungan dan persesuaian antara beberapa ayat dalam
satu judul bahasan.
4) Akan mendorong lahirnya berbagai macam disiplin ilmu baru.
5) Memberi pandangan pikiran yang sempurna.
6) Menghindari adanya pertentangan dan menolak tuduhan yang dilontarkan
oleh orientalis, yang mempunyai tujuan jahat terhadap Al-Qur’an .
7) Mempermudah bagi para akademis untuk mengetahua secara sempurna berbagai
macam topik dalam Al-Qur’an dalam pembahasan yang lebih fokus dan menyeluruh.
8) Mempelajari sesuatu topik bahasan Al-Qur’an tanpa susah payah.
9) Akan menarik minat untuk mempelajari, menghayati dan mengamalkan isi
Al-Qur’an.
METODOLOGI TAFSIR TEMATIK
Metode Tafsir Tematik (Maudhu’i)
Metodologi
penelitian tafsir tematik (maudhu’i) termasuk dalam kategori penelitian
kualitatif dengan metode deskriptif. Adapun beberapa langkah yang harus
ditempuh dalam menyusun sistimatika metode tafsir tematik (maudhu’i) yaitu:
1. Menetapkan masalah yang akan dibahas.
2. Menghimpun seluruh ayat-ayat Al-Qur’an yang berkaitan dengan masalah
tersebut.
3. Menyusun urut-urutan ayat yang sesuai dengan perincian masalah, sehingga
terpisah antara ayat Makkiy dan Madaniy. Misalnya ketika ingai membahas masalah
khamr dan riba dalam Al-Qur’an.
4. Mempelajari korelasi (munasabaat) antara ayat dengan ayat yang
lain.
5. Melengkapi bahan-bahan dengan hadist-hadist yang berkaitan dengan
masalah yang dibahas.
6. Menyusun outline pembasan
yang sempurna dan sesuai dengan hasil studi masa lalu.
7. Mempelajari semua ayat yang terpilih.
8. Melakukan kajian Aplikatif.
9. Menyusun kesimpulan penelitian yang dianggap sebagai jawaban Al-Qur’an
terhadap masalah yang dibahas.
10. Untuk memudahkan langka-langka diatas, hendaknya pengkaji merujuk pada
tafsir otoritatif.
MODEL PENGEMBANGAN TAFSIR TEMATIK
Tafsir Tematik (Maudhu’i) dapat
dikembangkan dalam tiga macam:
1. Musthalah Qur’ani
2. Maudhu’i Qur’ani
3. Surah Qur’aniyah
INDEKS TEMATIK AL-QUR’AN
Indeks
merupakan suatu petunjuk sistematis yang memuat item atau keonsep yang berasal
dari suatu koleksi. Kemudian disajikan dalam bentuk entri-entri yang disusun
dalam aturan pencarian yang telah ditetapkan, seperti alfabetis, kronologi atau
numerik. Dan indeks berfungsi untuk memberiakn informasi terkait dengan
keberadaan ayat-ayat yang dibutuhkan oleh para peniliti dalam rangka
mendudukung usaha menafsirkan Al-Qur’an.
TAFSIR TEMATIK DALAM KARYA ILMIAH
Contoh judul
penelitan, baik dalam bentuk Skripsi, Tesis, maupun Disertasi, dalam bidang
ilmu pengetahuan:
No
|
OBJEK KAJIAN
|
JUDUL SKRIPSI, TESIS, DISERTASI
|
1
|
Akidah
|
Tauhid Rububiyyah dalam Al-Qur'an
|
2
|
Sains
|
Konsep geologi dasar gunung dalam
Al-Qur'an
|
3
|
Pendidikan
|
Pendidikan Karakter dalam Al-Qur'an
|
4
|
Gizi
|
Konsep makanan yang baik dalam pandanagan
Al-Qur'an
|
5
|
Psikologi
|
Konsep Jiwa dalam Al-Qur'an
|
REFERENSI TAFSIR OTORITATIF
Contoh Kitab Tafsir Otoritatif
·
Tafsir At-Thabari (جامع البيان في تفسير أي
القران)
·
Tafsir Ibnu Katsir (تفسير القران العظيم)
·
Tafsir Al-Qurtuby (الجامع لأحكام القران)
·
Tafsir As-Syinqithy (أضواء البيان في إيضاح القران
بالقران)
ADAB MUSAFFIR
Dalam menafsirkan Al-Qur’an ada beberapa
hal yang harus di perhatikan, yaitu :
·
Beraqidah shahihah dan memiliki wordview
yang lurus
·
Tidak mendahulukan kepentingan hawa nafsu
semata.
·
Menafsirkan sesuai dengan urutan
penafsiran.
·
Paham bahasa arab (nahwu, sharaf, al-ma’ani
dll)
·
Memiliki wawasan tentang ilmu-ilmu kontemporer.
·
Memiliki akhlak mulia.
ILMU MUNASABAT
Pengertaian Munasabat dalam Al-Qur’an
Munasabat
secara bahasa bermakana al-muqarabah, yakni saling berdeketan. Sedangkan
secara istilah adalah ilmu untuk mengetahui korelasi antara saru ayat dengan
ayat yang lainnya.
Manfaat Mengetahui Ilmu Munasabat
·
Untuk menguatkan hubungan suatu ayat yang
di bahas denganayang lainnya.
·
Merasakan indahnya susunan ayat dan
ketinggian uslub yang digunakan dalam Al-Qur’an.
·
Untuk lebih memperdalam pengetahuan dan
pengenalan terhadap kitab Al-Qur’an.
·
Dapat membantu dalam menafsirkan ayat-ayat
Al-Qur’an.
·
Menunjukkan salah satu sisi I’jazul
Qur’an dalam susunan kata, kalimat dan makna.
·
Mengetahui hikma-hikma yang terkandung
dalam Al-Qur’an.
Cara Mengetahui Munasabat
·
harus diperhatikan tujuan suatu pembahasan
surat yang menjadi objek pencarian.
·
Memperhatikan uraian ayat-ayat yang sesuai
dengan tujuan pembahasan.
·
Menentukan tingkatan uraian-uaraian itu.
·
Memperhatikan ungkapan-ungkapan pembahasan
ketika mengambil kesimpulan.
·
Dalam menganalisa munasabah lebih tajam,
maka terlebih dahulu mempelajari ilmu balaghah, bayan, dan badi’.
Contoh Munasabat Antara Ayat dan Surah
1. Hubungan surah Al-Ma’un dengan surat Al-Kautsar.
2. Hubungan awal surah Al-Isra yang diawali dengan tasbih dan surah Al-Kahfi
yang diawali dengan tahmid.
3. Munasabat antara suatu kelompok ayat dengan kelompok ayat berikutnya.
4. Munasabat antar awal surah dan akhir surah dalam satu surah yang sama.
KAJIAN APLIKATIF
Contoh kajian tafsir tematik (maudhui)
dalam bidang pendidikan, dengan menggunakan bahasa Indonesia :
KOMPETENSI GURU DALAM PERSPEKSIF TAFSIR
MAUDHUI
§
Pendahuluan
§
Kajian Teoritis
§
Kajian Tafsir
Contoh kajian tafsir maudhui dalam bidang
pendidikan, dengan menggunakan bahasa Arab:
أصول التربية في القرآن لكريم والسنة النبوية
لمطهرة
مقدمة تمهيدية-
الأصل اللغوي للكلمة-
مرادفات مصطلح التربية في تراثنا الإسلامي-
المولود هبة من الله تعالى-
الخاتمة-
AYAT DAN HADIST TEMATIK EKONOMI
-
Krisis Ekonomi
الَّذِينَ يَأْكُلُونَ الرِّبَا لا يَقُومُونَ
إِلا كَمَا يَقُومُ الَّذِي يَتَخَبَّطُهُ الشَّيطَانُ مِنَ الْمَسِّ ذَلِكَ
بِأَنَّهُمْ قَالُوا إِنَّمَا الْبَيْعُ مِثْلُ الرِّبَا وَأَحَلَّ اللهُ
الْبَيْعُ وَحَرَّمَ الرِّبَا فَمَنْ جَاءَهُ مَوْعِظَةٌ مِنْ رَبِّهِ فَانْتَهَى
فَلَهُ مَا سَلَفَ وَأَمْرُهُ إِلَى اللهِ وَمَنْ عَادَ فَأُولَئِكَ أَصْحَابُ
النَّارِ هُمْ فِيْهَا خَالِدُونَ (البقرة : ٢٧٥)
وثلاث مهلكات: شحّ مطاع، وهوى متبع، وإعجاب
المرء بنفسه(رواه البزّر)
AYAT DAN HADIST TEMATIK PENDIDIKAN
-
Evaluasi Pendidikan
يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا اتَّقُوا
اللهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدِ وَاتَّقُوا اللهَ إِنَّ اللهَ
خَبِيْرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ (١٨) وَلَا تَكُونُوا كَالَّذِينَ نَسُوا اللهَ
فَأَنسَاهُمْ أَنفُسَهَمْ أُولَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ (الحشر : ١٨–١٩)
عن أبي هريرة, قال : قال رسول اللهِ صَلَّى
اللهُ عليه وسلم : "من أصبح منكم اليوم صائما ؟ قال أبو بكر : أنا, قال : فمن
تبع منكم اليوم جنازة ؟ قال أبو بكر : أنا, قال : فمن أطعم منكم اليوم مسكين ؟ قال
أبو بكر : أنا, قال : فمن عاد منكم ال يوم مريضا ؟ قال أبو بكر : أنا, فقال رسول
الله صلى الله عليه و سلم : ما اجتمعن في امرئ إلا دخل الجنة (رواه مسلم)
AYAT DAN HADIST TEMATIK KESEHATAN
-
Memanfaatkan Kesehatan
عن ابن عباس رصي الله عنهما قال : قال النبي
صلى الله عليه و سلم " نعمتان مغبون فيهيما كثير من الناس الصحة
والفراغ"
AYAT DAN HADIST TEMATIK HUKUM
Dalam
masalah hukum, Islam tidak bisa lepas dari konsep tentang maqasid al-syariah
yaitu tujuan dan maksud dari adanya sebuah syariah. Konsep ini berfungsi untuk
menjaga kemaslahatan bagi manusia, baik duniawi maupun ukhrawi. Maqasid
al-syari’ah tersebut diwujudkan dalam lima pilar agung, yaitu:
a. Menjaga agama
b. Menjaga jiwa
c. Menjaga akal
d. Menjaga keturunan
e. Menjaga harta
AYAT DAN HADIST TEMATIK SAINTEK
Al-Qur’an penuh dengan berbagai ilmu
pengetahuan; sastra, sejarah, teknologi, kisah, etika dan sebagainya, bukan menjadi
tujuan utama diturunkannya, akan
tetapi perintah mentadabburi serta memikirkan makna-maknanya.
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِيْ أُنْزِلَ فِيْهِ
الْقُرْآنُ هُدًى للنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ (البقرة :
١٨٥)
“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan
Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai
petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan
pembeda (antara yang hak dan yang bathil)” (Q.S. Al-Baqarah [2]: 185)
Al-Qur’an
merupakan nasehat terbaik yang mengembalikan para pendengarnya kepada
kesadaraan. Al-Qur’an juga merupakan sistem teragung, seperti sistem alam
semesta ini.
Diantara
sistem agung yang disebut dalam al-Qur’an adalah sistem alam semesta ini. Ia ada bukan terjadi secara kebetulan, akan
tetapi keberadaannya memang direncanakan dan diciptakan oleh Allah secara
sistematis. Tanpa diciptakan Allah, maka sesungguhnya alam semesta ini tidak
ada, termasuk manusia yang ada didalamnya.
هُوَ ٱلَّذِي خَلَقَ لَكُم مَّا فِي ٱلۡأَرۡضِ جَمِيعٗا ثُمَّ
ٱسۡتَوَىٰٓ إِلَى ٱلسَّمَآءِ فَسَوَّىٰهُنَّ سَبۡعَ سَمَٰوَٰتٖۚ وَهُوَ بِكُلِّ شَيۡءٍ
عَلِيمٞ ٢٩
“Dialah Allah, yang
menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak (menciptakan)
langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu”
(Q.S. Al-Baqarah [2]: 29)
اللهً خَالِقً كًلّ شَيْءٍ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ
وَكِيْلٌ
“Allah
menciptakan segala sesuatu dan Dia memelihara segala sesuatu”.(QS. Az-Zumar: 62).
A. Logam Besi Sebagai Perangkat Teknologi
لَقَدۡ
أَرۡسَلۡنَا رُسُلَنَا بِٱلۡبَيِّنَٰتِ وَأَنزَلۡنَا مَعَهُمُ ٱلۡكِتَٰبَ وَٱلۡمِيزَانَ
لِيَقُومَ ٱلنَّاسُ بِٱلۡقِسۡطِۖ وَأَنزَلۡنَا ٱلۡحَدِيدَ فِيهِ بَأۡسٞ شَدِيدٞ وَمَنَٰفِعُ
لِلنَّاسِ وَلِيَعۡلَمَ ٱللَّهُ مَن يَنصُرُهُۥ وَرُسُلَهُۥ بِٱلۡغَيۡبِۚ إِنَّ ٱللَّهَ
قَوِيٌّ عَزِيزٞ ٢٥
“Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami
dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Al
Kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan. Dan
Kami ciptakan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai
manfaat bagi manusia, (supaya mereka mempergunakan besi itu) dan supaya Allah
mengetahui siapa yang menolong (agama)Nya dan rasul-rasul-Nya padahal Allah
tidak dilihatnya. Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa” (Q.S.
Al-Hadid: 25).
Ayat diatas secara tegas mengaitkan antara turunnya
Al-Qur’an dan turunnya besi. Itu menunjukkan bahwa antara al-Qur’an dan
teknologi memiliki hubungan yang erat. Al-Qur’an sebagai wahyu memberikan
arahan-arahan konseptual, sementara teknologi adalah aplikasi dari konsep
tersebut, sehingga membawa manfaat dan kemaslahatan bagi manusia dan alam
seisinya.
Besi dan berbagai jenis logam lainnya adalah ciptaan
Allah yang jika dipanaskan akan mencair dan apabila didinginkan akan membeku,
sehingga besi dapat diubah kedalam berbagai bentuk yang diinginkan manusia
sesuai dengan inovasi yang mereka kembangkan. Dari besi manusia bisa membuat
mobil, kreta api, kapal alut, dan bahkan pesawat terbang. Banyak perkakas rumah
tangga yang terbuat dari besi dan berbagai jenis logam lainnya.
أَنزَلَ
مِنَ ٱلسَّمَآءِ مَآءٗ فَسَالَتۡ أَوۡدِيَةُۢ بِقَدَرِهَا فَٱحۡتَمَلَ ٱلسَّيۡلُ
زَبَدٗا رَّابِيٗاۖ وَمِمَّا يُوقِدُونَ عَلَيۡهِ فِي ٱلنَّارِ ٱبۡتِغَآءَ حِلۡيَةٍ
أَوۡ مَتَٰعٖ زَبَدٞ مِّثۡلُهُۥۚ كَذَٰلِكَ يَضۡرِبُ ٱللَّهُ ٱلۡحَقَّ وَٱلۡبَٰطِلَۚ
فَأَمَّا ٱلزَّبَدُ فَيَذۡهَبُ جُفَآءٗۖ وَأَمَّا مَا يَنفَعُ ٱلنَّاسَ فَيَمۡكُثُ
فِي ٱلۡأَرۡضِۚ كَذَٰلِكَ يَضۡرِبُ ٱللَّهُ ٱلۡأَمۡثَالَ ١٧
“Allah
telah menurunkan air (hujan) dari langit, maka mengalirlah air di lembah-lembah
menurut ukurannya, maka arus itu membawa buih yang mengambang. Dan dari apa
(logam) yang mereka lebur dalam api untuk membuat perhiasan atau alat-alat, ada
(pula) buihnya seperti buih arus itu. Demikianlah Allah membuat perumpamaan
(bagi) yang benar dan yang bathil. Adapun buih itu, akan hilang sebagai sesuatu
yang tak ada harganya; adapun yang memberi manfaat kepada manusia, maka ia
tetap di bumi. Demikianlah Allah membuat perumpamaan-perumpamaan” (Q.S.
Ar-rad [13]: 17).
B. Teknologi Angin
·
Teknologi angin mampu menghasilkan energi
pendorong yang amat dahsyat
هُوَ ٱلَّذِي يُسَيِّرُكُمۡ
فِي ٱلۡبَرِّ وَٱلۡبَحۡرِۖ حَتَّىٰٓ إِذَا كُنتُمۡ فِي ٱلۡفُلۡكِ وَجَرَيۡنَ بِهِم
بِرِيحٖ طَيِّبَةٖ وَفَرِحُواْ بِهَا جَآءَتۡهَا رِيحٌ عَاصِفٞ وَجَآءَهُمُ ٱلۡمَوۡجُ
مِن كُلِّ مَكَانٖ وَظَنُّوٓاْ أَنَّهُمۡ أُحِيطَ بِهِمۡ دَعَوُاْ ٱللَّهَ مُخۡلِصِينَ
لَهُ ٱلدِّينَ لَئِنۡ أَنجَيۡتَنَا مِنۡ هَٰذِهِۦ لَنَكُونَنَّ مِنَ ٱلشَّٰكِرِينَ
٢٢
“Dialah Tuhan yang menjadikan kamu dapat berjalan di daratan,
(berlayar) di lautan. Sehingga apabila kamu berada di dalam bahtera, dan
meluncurlah bahtera itu membawa orang-orang yang ada di dalamnya dengan tiupan
angin yang baik, dan mereka bergembira karenanya, datanglah angin badai, dan
(apabila) gelombang dari segenap penjuru menimpanya, dan mereka yakin bahwa
mereka telah terkepung (bahaya), maka mereka berdoa kepada Allah dengan mengikhlaskan
ketaatan kepada-Nya semata-mata. (Mereka berkata): "Sesungguhnya jika
Engkau menyelamatkan kami dari bahaya ini, pastilah kami akan termasuk
orang-orang yang bersyukur" (Q.S. Yunus [10]: 22)
إِن يَشَأۡ يُسۡكِنِ
ٱلرِّيحَ فَيَظۡلَلۡنَ رَوَاكِدَ عَلَىٰ ظَهۡرِهِۦٓۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَأٓيَٰتٖ لِّكُلِّ
صَبَّارٖ شَكُورٍ ٣٣
“Jika Dia menghendaki, Dia akan menenangkan angin, maka jadilah
kapal-kapal itu terhenti di permukaan laut. Sesungguhnya pada yang demikian itu
terdapat tanda-tanda (kekuasaannya) bagi setiap orang yang banyak bersabar dan
banyak bersyukur” (Q.S. Ash-Shura [42]: 33)
·
Angin sebagai teknologi penerbangan
وَلِسُلَيۡمَٰنَ ٱلرِّيحَ
عَاصِفَةٗ تَجۡرِي بِأَمۡرِهِۦٓ إِلَى ٱلۡأَرۡضِ ٱلَّتِي بَٰرَكۡنَا فِيهَاۚ وَكُنَّا
بِكُلِّ شَيۡءٍ عَٰلِمِينَ ٨١
“Dan
(telah Kami tundukkan) untuk Sulaiman angin yang sangat kencang tiupannya yang
berhembus dengan perintahnya ke negeri yang kami telah memberkatinya. Dan
adalah Kami Maha Mengetahui segala sesuatu” (Q.S. Al-Anbiya [21]: 81)
·
Teknologi angin mampu mengawinkan hujan
·
Teknologi angin membentuk salju
C. Teknologi Ilmu Teknik Sipil
D. Teknologi Supra Power
AYAT DAN HADIST TEMATIK DAKWAH
وَلْتَكًنْ مِّنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ
إِلَى الْخَيرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ
وَأُؤلَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُون (آل عمران :١٠٤)
“Dan hendaklah ada di antara
kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma;ruf
dan mencegah dari yang munkar ; merekalah orang-orang yang beruntung” (Q.S. Ali Imran [3]: 104)
كُنتُمۡ خَيۡرَ أُمَّةٍ أُخۡرِجَتۡ
لِلنَّاسِ تَأۡمُرُونَ بِٱلۡمَعۡرُوفِ وَتَنۡهَوۡنَ عَنِ ٱلۡمُنكَرِ وَتُؤۡمِنُونَ
بِٱللَّهِۗ وَلَوۡ ءَامَنَ أَهۡلُ ٱلۡكِتَٰبِ لَكَانَ خَيۡرٗا لَّهُمۚ مِّنۡهُمُ ٱلۡمُؤۡمِنُونَ
وَأَكۡثَرُهُمُ ٱلۡفَٰسِقُونَ )آل عمران : ١٠٤(
“Kamu adalah
umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma´ruf,
dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab
beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang
beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik” (Q.S. Ali
Imran [3]: 110)
وَٱلۡمُؤۡمِنُونَ وَٱلۡمُؤۡمِنَٰتُ بَعۡضُهُمۡ أَوۡلِيَآءُ
بَعۡضٖۚ يَأۡمُرُونَ بِٱلۡمَعۡرُوفِ وَيَنۡهَوۡنَ عَنِ ٱلۡمُنكَرِ وَيُقِيمُونَ ٱلصَّلَوٰةَ
وَيُؤۡتُونَ ٱلزَّكَوٰةَ وَيُطِيعُونَ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥٓۚ أُوْلَٰٓئِكَ سَيَرۡحَمُهُمُ
ٱللَّهُۗ إِنَّ ٱللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٞ ٧١
“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan
perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang
lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma´ruf, mencegah dari yang munkar,
mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya.
Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi
Maha Bijaksana” (Q.S. At-Taubah [9]: 71)
وَمَا كَانَ ٱلۡمُؤۡمِنُونَ لِيَنفِرُواْ كَآفَّةٗۚ فَلَوۡلَا
نَفَرَ مِن كُلِّ فِرۡقَةٖ مِّنۡهُمۡ طَآئِفَةٞ لِّيَتَفَقَّهُواْ فِي ٱلدِّينِ وَلِيُنذِرُواْ
قَوۡمَهُمۡ إِذَا رَجَعُوٓاْ إِلَيۡهِمۡ لَعَلَّهُمۡ يَحۡذَرُونَ ١٢٢
“Tidak sepatutnya bagi mukminin itu
pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan
di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang
agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali
kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya” (Q.S. At-Taubah [9]:
122)
قُلۡ هَٰذِهِۦ سَبِيلِيٓ أَدۡعُوٓاْ إِلَى ٱللَّهِۚ عَلَىٰ
بَصِيرَةٍ أَنَا۠ وَمَنِ ٱتَّبَعَنِيۖ وَسُبۡحَٰنَ ٱللَّهِ وَمَآ أَنَا۠ مِنَ ٱلۡمُشۡرِكِينَ
١٠٨
“Katakanlah: "Inilah jalan
(agama)ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah
dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang
yang musyrik" (Q.S. Yusuf [12]: 108).
ٱدۡعُ إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِٱلۡحِكۡمَةِ
وَٱلۡمَوۡعِظَةِ ٱلۡحَسَنَةِۖ وَجَٰدِلۡهُم بِٱلَّتِي هِيَ أَحۡسَنُۚ إِنَّ رَبَّكَ
هُوَ أَعۡلَمُ بِمَن ضَلَّ عَن سَبِيلِهِۦ وَهُوَ أَعۡلَمُ بِٱلۡمُهۡتَدِينَ ( النحل: ١٢٥)
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu
dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang
baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang
tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang
mendapat petunjuk” (Q.S. An-Nahl [16]: 125)
إِنَّكَ لَا تَهۡدِي مَنۡ أَحۡبَبۡتَ
وَلَٰكِنَّ ٱللَّهَ يَهۡدِي مَن يَشَآءُۚ وَهُوَ أَعۡلَمُ بِٱلۡمُهۡتَدِينَ ٥٦
“Sesungguhnya kamu tidak akan dapat
memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk
kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang
mau menerima petunjuk” (Q.S. Al-Qashash [28]: 56).
وَلَا يَصُدُّنَّكَ عَنۡ ءَايَٰتِ
ٱللَّهِ بَعۡدَ إِذۡ أُنزِلَتۡ إِلَيۡكَۖ وَٱدۡعُ إِلَىٰ رَبِّكَۖ وَلَا تَكُونَنَّ
مِنَ ٱلۡمُشۡرِكِينَ ٨٧
" Dan janganlah sekali-kali
mereka dapat menghalangimu dari (menyampaikan) ayat-ayat Allah, sesudah
ayat-ayat itu diturunkan kepadamu, dan serulah mereka kepada (jalan) Tuhanmu,
dan janganlah sekali-sekali kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan
Tuhan" (Q.S. Al-Qashash [28]: 87).
يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّبِيُّ إِنَّآ أَرۡسَلۡنَٰكَ شَٰهِدٗا
وَمُبَشِّرٗا وَنَذِيرٗا وَدَاعِيًا إِلَى ٱللَّهِ بِإِذۡنِهِۦ وَسِرَاجٗا مُّنِيرٗا
٤٥-٤٦
“Hai Nabi, sesungguhnya Kami mengutusmu
untuk jadi saksi, dan pembawa kabar gemgira dan pemberi peringatan, dan untuk
jadi penyeru kepada Agama Allah dengan izin-Nya dan untuk jadi cahaya yang
menerangi” (Q.S. Al-Ahzab [33]: 45-46)